Kamis, 25 Desember 2014

Bahasa Puisi



TUGAS
BAHASA PUISI

Mata Kuliah          : Puisi
Dosen Pengampu  : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                 : Herti Gustina
NIM                  : A1B112005
Semester/Kelas  : II/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


Dalam puisi, penyair menggunakan bahasa yang dapat menggambarkan makna dari suatu puisi tersebut. Bahasa puisi ada yang bersifat ekspresif, sugestif, asosiatif, dan magis. Selain itu dalam puisi juga terdapat penyimpangan bahasa, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan morfologis, penyimpangan sintaksis, penyimpangan dialeg, dan penyimpangan grafologis.
Seperti pada puisi “Saat Ada-M Berkaca pada Bening Air Telaga” juga terkandung sifat dan penyimpangan bahasa. pada judul tersebut menggunakan bahasa yang bersifat ekspresif yakni menggambarkan saat sesosok manusia sedang mengintropeksi diri. Manusia tersebut kita ketahui adalah laki-laki. Di judul tersebut juga terkandung penyimpangan grafologis yaitu dalam kata Ada-m yang dapat menimbulkan makna lain yaitu saat manusia sedang mengintropeksi dirinya.
Pada bait pertama terkandung unsur ekspresif, yakni terdapat metafora pada kata berkaca dan juga telanjang. Berkaca dan telanjang disini diartikan sebagai seseorang yang sedang mengintropeksi diri, melihat segala yang ada pada tubuhnya, baik keburukan maupun kebaikan semua tampak pada bening air telaga. Sedangkan burung dan angin ini merupakan kiasan bagi orang yang suka membicarakan orang lain.
Dalam bait ke dua ditemukan bahasa puisi yang bersifat ekspresif  yaitu pada larik “desah angin sembari bersijingkat dari ranting ke ranting yang mengering”. Larik ini menggambarkan sifat manusia yang suka mengumbar cerita yang tidak bermakna dari satu orang ke orang yang lainnya. Dan juga pada larik terakhir yang banyak mengandung unsur metafora seperti pada “di telanjangi oleh awan gemawan, diiris-iris oleh gerimis, dan disayat-sayat hatinya oleh petir yang meledak?”.
Secara keseluruhan pada puisi ini menggunakan bahasa yang bersifat ekspresif dan asosiatif. Percakapan yang dilakukan oleh burung dan angin menggunakan bahasa yang bersifat ekspresif, sedangkan apa yang dialami oleh Ada-M merupakan sifat asosiatif bahasa. apa yang dibicarakan oleh burung dan angin ini banyak menggunakan majas metafora dan di dalamnya menggambarkan segala hal yang terjadi pada si Ada-m. Akantetapi apa yang terjadi pada sosok Ada-m ini menimbulkan pikiran dan perasaan yang merembet, tetapi masih berkisar di seputar makna konvensionalnya atau makna konotatifnya yang sudah lazim.

Selasa, 23 Desember 2014

Mengidentifikasi Keindahan, Pemadatan, dan Ketidaklangsungan



UJIAN MID SEMESTER
MENGIDENTIFIKASIKAN KEINDAHAN, PEMADATAN
DAN KETIDAK LANGSUNGAN (EKSPRESI TIDAK LANGSUNG)
DI DALAM PUISI
Mata Kuliah           : Puisi
Dosen Pengampu   : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                     : Herti Gustina
NIM                      : A1B112005
Semester/Kelas      : II/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


Sketsa, Saat Alif Bersanding Lam di Pelaminan Mim, Dimas Arika Mihardja, halaman 58.
SAAT ALIF BERSANDING LAM
DI PELAMINAN MIM

!
Allah
Allah Allah
Allah Allah Allah
dalam rupa Maha
menafasi segalanya
dan angin yang penuh
dalam kemasan keemasan
hingga bulan bulat sempurna
mencahaya di cerlang matahari
cair jadi embun netes di ujung daun
baur jadi satu larut dalam kelammalam
semua memisteri dalam chemistry Illahi
saat alif bersanding lam di pelaminan mim
semua memisteri dalam chemistry Illahi
baur jadi satu larut dalam kelammalam
cair jadi embun netes di ujung daun
mencahaya di cerlang matahari
hingga bulan bulat sempurna
dalam kemasan keemasan
dan angin yang penuh
menafasi segalanya
dalam rupa Maha
Allah Allah Allah
Allah Allah
Allah
!

1432 h

Pada dasarnya, hakikat sebuah puisi meliputi: keindahan, pemadatan dan ketidaklangsungan ekspresi atau ekspresi tidak langsung. Aspek keindahan pada puisi meliputi: gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, dan wacana yang terwujud dalam tipografi puisi. Misalnya pada puisi di atas pada larik “dalam kemasan keemasan” yang memadu padankan bunyi “an” atau pada larik “ semua memisteri dalam chemistry Illahi”  yang merupakan keserasian bunyi “i”. Bait-bait puisi tersebut membentuk suatu tipografi puisi yang berbentuk segitiga yang mengandung makna bahwa kedudukan Allah yang paling utama atau paling tinggi karena Allah Maha Agung. Dan segala yang ada di semesta ini semua menyatu dalam satu sujud yaitu Allah Yang Maha Agung. Selain itu, bentuk tipogarafi segitiga tersebut membentuk suatu tingkatan tahta, yang mana tahta paling atas adalah milik Allah SWT dan alas dari segitiga tersebut adalah umatNya.
Aspek kedua dalam sebuah puisi yaitu pemadatan dimana penyair hanya menggunakan kata-kata inti atau dasar dengan meniadakan imbuhan, awalan dan akhiran. Hal ini sesuai dengan sifat puisi yang imajinatis dimana dalam satu diksi mencakup banyak makna seperi pada kata “Maha” yang merupakan pemadatan dari Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Bijaksana dan lain sebagainya yang menunjukkan kesempurnaan wujud Allah SWT.
Aspek ketiga dalam puisi yaitu ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh penggantian arti, penyimpangan arti dan penciptaan arti. Penggantian arti ini disebabkan oleh penggunaan bahasa kias. Seperti pada judul puisi di atas “Saat Alif Bersanding Lam di Pelaminan Mim” yang merupakan majas personifikasi. Alif dan Lam disandingkan bak sepasang kekasih di sebuah pelaminan. Jika kita identifikasikan, alif merupakan abjad pertama dalam bahasa Arab. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. maka Adam dilambangkan dengan alif. Adam yang tak tahan hidup sendiri kemudian dari tulang rusuknya Allah ciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya. Dan seiring dengan berjalannya waktu Adam dan Hawa dibuang ke bumi karena suatu kesalahan. Saat itulah misteri dimulai dan Adam-Hawa adalah pelaku utama yang memerankan misteri Illahi tersebut. Selain itu apabila kata per katanya dalam judul kita gabungkan, maka menjadi satu bait dalam Al-Qur’an yaitu aliflammim yang artinya Allah yang mengetahui maksud.
Selanjutnya pada bait pertama, Si Penyair menggunakan tanda seru (!) yang menggambarkan seseorang yang sedang menyeru dan letaknya pada bait paling awal mengisyaratkan kedudukan Allah yang paling utama, tidak ada satupun yang lebih tinggi derajatnya melainkan Dia. Dengan melihat bait selanjutnya dapat diketahui bahwa seseorang tersebut menyeru nama Allah yang kita sebut saja sedang bertasbih yakni pada bait ke-2, 3 dan 4.
Wujud dari kesempurnaan Allah diwakili dengan kata Maha pada bait ke-5. Kemudian Allah berikan kehidupan pada setiap makhlukNya sperti terdapat pada bait menafasi segalanya. Dan kata angin pada bait berikutnya merupakan simbol dari Oksigen yang selalu kita hirup. Angin selalu menempati ruang dimanapun kita berada. Angin tidak akan pernah ada habisnya walau dihirup oleh berjuta-juta makhluk yang menempati bumi ini. Inilah wujud dari kebesaran Allah SWT. yang tak mampu diampu oleh nalar manusia.
Kemudian kita dihidupkan dalam wadah bundar yang diisi kekayaan-kekayaan yang merupakan berkah yang diberikan untuk kita. Allah Maha Sempurna, Dia menciptakan apa yang ada di langit dan di bumi dengan amat sempurnanya. Kata kemasan di sini merupakan lambang dari bumi yang kita huni yang di dalamnya kita dibungkus dengan atmosfer yang menjaga kita dari sengatan matahari dan hantaman benda-benda angkasa yang bergentayangan di sekitar planet. Sedangkan keemasan merupakan kiasan dari bumi yang kaya sebagaimana kita menghargai emas dengan amat mahalnya, begitulah isi bumi yang kita miliki yang teramat kaya. Dan dalam bait hingga bulan bulat sempurna merupakan wujud keberhasilan Allah SWT dalam menciptakan alam semesta ini.
mencahaya di cerlang matahari dapat disepadankan dengan cahaya di atas cahaya, dimana Allah SWT merupakan sumber dari segala sumber yang ada di langit maupun di bumi. Menurut ilmu pengetahuan, matahari merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Nah, bagaimana cahaya tersebut bisa timbul, jawabannya ada dalam chemistry Illahi. Pada bait ini terdapat majas metafora yang mana cahaya matahari disamakan dengan sifat Allah yang Maha memberi cahaya bagi makhlukNya.
Pada bait cair jadi embun netes di ujung daun terdapat unsur ambiguitas yang merupakan penyimpangan arti. Bait ini dapat ditafsirkan sebagai segala yang diciptakan oleh Allah itu tersebar menjadi sesuatu yang menyejukkan dan hanya segelintir orang yang dapat merasakan kesejukannya. Sifat benda cair yaitu merambat ke segala tempat, begitupun apa yang diciptakan Allah, menyebar ke seluruh bidang semesta. Embun memberi kesan yang sejuk yang dihadiahkan kepada segelintir makhlukNya yang bertakwa.
Aspek ketiga dari ketidaklangsungan ekspresi yaitu penciptaan arti yang disebabkan oleh pola persajakan, enjambemen, tipografi dan homologue (persejajaran baris).  Hal ini dapat dilihat pada bait baur jadi satu larut dalam kalammalam yang memberi kesan ketidakmampuan manusia melihat dan mengetahui segala rencana Allah begitupun pada bait semua memisteri dalam chemistry Illahi yang memberi arti bahwa segalanya tersebut sudah merupakan misteri Illahi. Kalammalam mengiaskan rahasia Allah. Dalam suasana malam yang kelam membuat mata kita tak mampu melihat apa-apa begitu juga rahasia Allah baik yang ada di langit maupun di bumi, baik yang akan terjadi hari ini maupun yang akan datang semuanya bercampur baur dalam misteri Illahi yang tak bisa diterjemahkan oleh akal pikiran manusia. Di dalam bait tersebut terdapat persejajaran bunyi “i” yang dapat diartikan bahwa dari hal yang terkecil sekalipun Allah Maha Mengetahui apa yang tidak diketahui manusia.
Saat alif bersanding lam di pelaminan mim, saat itulah misteri Allah dimulai. Segalanya menjadi suatu hal yang tak nampak yang hanya Allah yang mengetahui.
Bait selanjutnya, Si Penyair mengulang bait yang telah ada sebelumnya. Ini merupakan suatu ambiguitas yang mungkin Si Penyair menegaskan apa yang telah dijelaskan sebelumnya, namun dari pengulangan tersebut menciptakan tipografi puisi yang memiliki makna lain tentang kedudukan Allah. Tanda seru yang mengawali dan mengakhiri puisi tersebut merupakan kiasan dari kita hidup dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. dan hidup maupun mati kita masih merupakan misteri Illahi.
Dari puisi di atas dapat disimpulkan bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali misteri yang tak mampu diteliti oleh akal pikiran manusia, tak mampu dilihat oleh sepasang bola mata manusia, yang semuanya itu merupakan rahasia Illahi yang hanya Allah Yang Maha Tahu. Allah SWT. hanya memberikan petunjuk lewat kitabNya Al-Qur’an. Akantetapi hanya segelintir orang yang mampu menafsirkan setiap petunjuk yang dianugerahkanNya.
Allah SWT. merupakan sosok yang paling sempurna yang memberikan kehidupan dan penghidupan di alam semesta ini dengan segala isi yang mengisi langit dan bumi dalam keserasiannya, maka sudah sepantasnyalah kita bertasbih menyeru namaNya sebagai wujud syukur yang dapat mengukur keimanan kita.

Kamis, 18 Desember 2014

Definisi dan Ciri-ciri Puisi



TUGAS PUISI
DEFINISI DAN CIRI-CIRI PUISI

Disusun oleh                : Herti Gustina
NIM                             : A1B112005
Semester/Kelas            : II/A
Mata Kuliah                 : Puisi
Dosen                          : Dr. Sudaryono, M.Pd
  
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013


Pengertian Puisi
Sejauh ini pengertian puisi belum dapat dirumuskan, hanya saja bebeerapa ahli telah mencoba untuk memaparkan hala-hal yang menandai sebuah puisi. Menurut pendapat para ahli puisi ialah sebagai berikut:
·         Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Kata yang terindah dalam susunan yang terindah maksudnya, dalam puisi disusun kata sedemikian rupa dengan pemilihan diksi sehingga kata-kata tersebut dapat memberi kenikmatan kepada pembacanya. Akantetapi hal ini bertentangan dengan pendapat Sanusi Pane yang mengatakan bahwa puisi bukanlah sekedar kata yang indah dan rumit, akantetapi puisi merupakan bahasa sukma yang dituangkan ke dalam  sebuah tulisan oleh penyairnya.
·         Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Maksud dari pernyataan Carlyle tersebut yaitu puisi merupakan hasil buah pikir seorang penyair yang kata-katanya disusun berirama.
·         Wordworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau yang  diangankan.
Pernyataan perasaan yang imajinatif yaitu ungkapan perasaan seorang penyair yang dituangkan melalui imajinasi seorang penyair ke dalam sebuah tulisan berbentuk puisi.
·         Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Maksud dari pendapat Dunton tersebut ialah puisi merupakan hasil pemikiran dan perasaan penyair secara konkret dengan pemilihan dan penyusunan kata yang berirama sehingga menjadi sesuatu yang indah.
·         Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.
Rekaman detik-detik yang paling indah maksudnya puisi dapat dibuat saat emosi seseorang yang sedang berbahagia  direkam dan kemudian dituangkan ke dalam sebuah ungkapan berupa puisi.
·         Altenbernd (1970:2) mendefinisikan puisi sebagai pendramaan,pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).
Hal ini berarti puisi menggambarkan kehidupan manusia secara nyata yang diungkapkan dalam sebuah kata yang berirama sehingga mengandung unsur estetis.
·         Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur baur.
Artinya sebuah puisi dapat diciptakan seorang penyair dalam emosi sedih, bahagia, kecewa dan lain sebagainya.
Shahnon Ahmad (1978:3) merumuskan pengertian puisi menurut beberapa orang ahli tersebut sebagai suatu unsur yang terdapat di dalam puisi berupa: Emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Dari definisi-definisi puisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu karangan yang di dalamnya terdapat permainan kata yang mengandung makna dan dibuat berdasarkan perasaan, pengalaman dan pikiran si penyair.

Ciri-Ciri Puisi
Ciri-ciri puisi berubah-ubah  sesuai dengan perkembangannya yang berlangsung begitu pesat sehingga ciri-ciri puisi tidak dapat dirumuskan secara up to date. Ciri-ciri tersebut dirangkum sebagai berikut.
1.      Berbentuk bait
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain disebut dengan tipografi atau tata wajah).
2.      Diksi bersifat kias
Si penyair mengarang sebuah puisi dengan menggunakan diksi yang bersifat kias. Dimana kata-kata yang digunakan indah dan mengandung makna dengan memperhatikan rima dan iramanya. Contohnya pada bait puisi Hampa “Lurus kaku pohonan. Sepi memagut”. Kata pohonan tersebut mengiaskan seseorang yang tak mampu berbuat apa-apa.
3.      Padat dan indah
Di dalam puisi digunakan kata yang singkat, tetapi penuh dengan makna. Seorang penyair tidak boros dalam penggunaan kata, akantetapi dalam kata tersebut mengandung makna yang luas dan bersifat indah.
4.      Penggunaan majas sangat dominan
Di dalam puisi biasanya disisipkan majas. Majas tersebut bisa berfungsi sebagai penghalus kata atau sebagai penegas suatu ungkapan sehingga puisi menjadi indah untuk dibacakan atau didengar oleh si penikmat sastra.
5.      Diksi yang di gunakan untuk mempertimbangkan adanya rima dan persajakan
Selain mengandung makna, diksi yang digunakan juga memperhatikan aspek rima dan persajakan seperti pada bait puisi 1943 “Malam kelam-membelam” atau pada bait “Menentang. Menyerang”. Bait tersebut kaya akan makna, indah dalam bahasa.