MAKALAH
MORFOLOGI
Dosen pembimbing:
Drs. Aripudin, M.Hum
Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1.
Herti Gustina A1B112005
2.
Ahillah A1B112009
3.
Asep Suryadi A1B112039
4.
Mesha Nita Sari A1B112053
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana berkat
ramhat dan hidayahNyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Tanpa berusaha manusia tidak akan mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Tanpa bersyukur
manusia tidak dapat menikmati apa yang telah mereka usahakan.
Ucapan
terima kasih tidak lupa kami persembahkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini baik berupa ide-ide maupun yang lain-lainnya.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam
hidupnya. Begitu pula penulis yang pastinya akan selalu membutuhkan orang lain
untuk membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari akan banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
kritikan dan saran sangat dibutuhkan agar bisa diperbaiki dan dipelajari
bersama untuk pembuatan makalah selanjutnya agar bisa menjadi lebih baik lagi. Harapan
penulis agar makalah ini bermanfaat bagi semuanya.
Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jambi,
_ Desember 2012
Penyusun
Kelompok
4
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang.....................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................
2
1.4 Manfaat
Penulisan................................................................................................
2
1.5 Tinjauan
Pustaka..................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................
3
1.1 Pengertian
Morfologi..........................................................................................
3
1.2 Prinsip-Prinsip
Pengenalan Morfem....................................................................
4
1.3 Proses
Morfologis...............................................................................................
6
1.4 Klasifikasi
Morfem.............................................................................................
7
BAB III
PENUTUP.................................................................................................
10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
10
3.2 Saran...................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi adalah ilmu tata bentuk
kata dan merupakan bagian dari ilmu bahasa (liguistik). Orang yang ingin
menguasai bahasa tertentu perlulah memahami dengan baik morfologi bahasa itu.
Itulah sebabnya, morfologi menjadi mata kuliah wajib untuk mahasiswa linguistik
di fakultas sastra atau fakultas ilmu budaya. Sebagai ilmu yang mempelajari
tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar
dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi.
Itulah sebabnya, morfologi selalu dipelajari setelah fonologi.
Morfologi
dipakai oleh berbagai cabang ilmu. Secara harfiah, morfologi berarti
‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphos). Morfologi adalah ilmu bahasa
yang mempelajari mengenai pembentukan kata. Morfologi adalah cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan
kebahasaan yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu,
perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata
yang disebabkan perubahan bentuk kata itu juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam
morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Morfem adalah
unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa. Kalau
dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur tersebut tergolong
ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.
Sedangkan kata
merupakan satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita
akui sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. Kata ialah morfem atau
kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang
dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini perlu adanya
rumusan masalah sebagai batasan-batasan agar tidak terjadi penyimpangan dari
pembahasan yang dibahas dalam makalah ini. Rumusan masalah tersebut di
antaranya sebagai berikut:
1.
Pengertian morfologi
2.
Prinsip-prinsip pengenalan morfem
3.
Proses morfologis
4.
Klasifikasi morfem
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar baik
pembaca maupun penulis dapat mengetahui dan mamahami tentang pembahasan yang
terdapat dalam makalah ini yaitu di antaranya:
1.
Pengertian morfologi
2.
Prinsip-prinsip pengenalan morfologi
3.
Proses morfologis
4.
Klasifikasi morfem
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu
diharapkan pembaca maupun penulis dapat memahami tentang morfologi bahasa
sebagai acuan dalam proses pembelajaran karena morfologi merupakan suatu ilmu
yang patut dan perlu untuk diketahui dan dipelajari dalam ilmu ketatabahasaan
(linguistik).
1.5 Tinjauan Pustaka
Materi yang terdapat
dalam makalah ini didapat dengan mengadakan telaah pustaka dan penjelajahan di
media internet. Kemudian materi dari sumber-sumber yang didapat dirangkum dan
disusun dengan memperhatikan rumusan masalah yang ada sehingga dari rangkuman tersebut
dijadikan pembahasan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Morfologi
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Jadi
berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu
tentang bentuk.
Morfologi adalah cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan
yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk
kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan
perubahan bentuk kata itu juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Morfem merupakan suatu bentuk
bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik
bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974:6)Morfem dapat juga
dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan
suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya
kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga
merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada
kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas
dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang
mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Sedangkan kata adalah satuan
terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata-kata
yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai
kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. Kata ialah morfem atau kombinasi
morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan
sebagai bentuk yang bebas.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
2.2 Prinsip-Prinsip
Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem secara jeli
dalam bahasa Indonesia diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip
yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem yakni sebagai
berikut:
1. Prinsip
pertama
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu
morfem.
Contoh:
Baca ke-an
Pembaca kecepatan
Bacaan kedutaan
Membacakan kedengaran
Karena
struktur fonologis dan maknanya sama, maka satuan tersebut merupakan morfem
yang sama. Satuan tersebut walaupun struktur fonologisnya sama bukan merupakan
morfem yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.
2. Prinsip
Kedua
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama dan perbedaan struktur
fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu
bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
Mem- : membawa
Men- : menulis
Meny- : menyisir
Meng- : menggambar
Me- : melempar
Perubahan
setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3. Prinsip
Ketiga
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat
dijelaskan secara fonologis masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai makna yang sama dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber- :berkarya, bertani, bercabang
bel- :belajar, belunjur
be- :bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan
afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi
komplementer.
4. Prinsip
Keempat
Apabila
dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem yang disebut morfem zero.
Misalnya:
a. Asep
membeli sepatu
b. Tina
menulis surat
c. Ahillah
makan nasi
d. Mesha
minum susu
Semua
kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif.
Kalau pada kalimat a dan b verba aktif transitif tersebut ditandai oleh men-,
sedangkan pada kalimat c dan d verba aktif transitif itu ditandai kekosongan
(men- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.
5. Prinsip
Kelima
Bentuk-bentuk
yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai
struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan
fonem yang berbeda.
Contoh:
a. Asep
membeli buku
b. Buku itu sangat mahal
c. Mesha
membaca buku
d. Mesha
makan buku tebu
Satuan
buku pada kalimat a dan b merupakan morfem yang sama karena maknanya
sama. Satuan buku pada kalimat kalimat c dan d bukanlah morfem yang sama karena
maknanya berbeda.
6. Prinsip
Keenam
Setiap
bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap
satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik
yang lebih kecil adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada
berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat
dipisahkan lagi atas satuan-satuan yang lebih kecil. Oleh karena itu, ber-,
lari, ter, dan tinggi adalah morfem.
2.3 Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan
sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar. Dalam proses morfologis ini
terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan
pemajemukan atau penggabungan.
1.
Pengafiksan
Bentuk atau morfem terikat yang
dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan. Pengertian lain
proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata.
Contoh:
Berbaju
Menemukan
Ditemukan
Jawaban
Bila dilihat pada contoh,
berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi
menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks),
pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2.
Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan
satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem
maupun tidak. Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping,
sayur-mayur.
3.
Penggabungan atau Pemajemukan
Penggabungan atau pemajemukan
adalah suatu proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal. Contoh:
Sapu tangan, Rumah sakit, tempat duduk, dan lain-lain.
4.
Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan
bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri. Contoh:
Laki-laki
|
Perempuan
|
Saudara
Pemuda
|
Saudari
Pemudi
|
5.
Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis
yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru. Suplisi adalah proses morfologis
yang terjadi karena faktor tense. Oleh karena itu, banyak ditemukan pada
bahasa-bahasa yang mengenal tense seperti bahasa Inggris. Contoh: Kata go
berubah menjadi went dan gone.
6.
Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses
morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya
saja yang berubah.
2.4 Klasifikasi Morfem
1.
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem
ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Morfem bebas
ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa atau morfem yang dapat
berfungsi sebagai kata. Sedangkan morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa.
Misalnya:
Morfem
bebas – “saya”, “buku”, dan sebagainya.
Morfem terikat – “ber-“, “kan-“,
“me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dan sebagainya.
2.
Morfem Segmental dan Morfem Supra
Segmental
Morfem
segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental.
Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen
yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem
segmental. Oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem
segmental.
Morfem
supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental.
Misalnya jeda dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
bapak
wartawan
bapak//wartawan
ibu
guru
ibu//guru
3.
Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem
Tak Bermakna Leksikal
Morfem
yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. Morfem
yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yang setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika.
Contoh: morfem {sekolah} berarti ‘tempat belajar’.
Morfem
yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-},
dan {se-}. Morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian.
Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
4.
Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem
utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung.
Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem
terbelah merupakan morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu keutuhan. Morfem-morfem
itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian}
terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. Contoh
lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf
/g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. Morfem itu direalisasikan menjadi morf
terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem
{gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
5.
Morfem Monofonemis dan Morfem
Polifonemis
Morfem
monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa
Indonesia dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi.
Morfem
polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem.
Contoh dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.
6.
Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan
Morfem Substraktif
a.
Morfem aditif
Morfem aditif adalah morfem yang
ditambah atau ditambahkan. Morfem aditif (additive morpheme) ialah morfem yang
biasanya ditempeli oleh atau ditempelkan kepada morfem lain, meliputi dasar,
afiks (prefix, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, suprafiks) dan pengulangan.Contohnya: mengaji,
berbaju dan lain-lain.
b. Morfem replasif
Morfem replasif merupakan morfem yang
bersifat penggantian. Morfem replasif (replacive morpheme) ialah morfem
yang menggantikan bagian dari dasar atau akar, biasanya berupa bentuk-bentuk
fonemis. Misalnya kata pemuda dan pemudi, mahasiswa dan mahasiswi.
c. Morfem
substraktif
Morfem substraktif adalah morfem
yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang
terdapat morf yang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Morfologi adalah cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Ada tiga proses morfologis yaitu
pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi dan pemajemukan atau penggabungan.
Pengafiksan adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu
berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Reduplikasi
adalah pengulangan sutau gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai dengan variasi fonem maupun tidak.
Dan pemajemukan adalah suatu proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna
leksikal. Selain yang disebutkan di atas terdapat juga proses morfologis berupa
perubahan intern, suplisi dan modifikasi kosong yang banyak terdapat pada
bahasa asing.
Adapun klasifikasi morfem meliputi:
morfem bebas dan morfem terikat, morfem segmental dan morfem supra segmental,
morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal, morfem utuh dan
morfem terbelah, morfem monofonemis dan morfem polifonemis, serta morfem
aditif, morfem replasif dan morfem subtraktif.
3.2 Saran
Dengan mengucapkan rasa syukur
alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk
itu, kritikan dan saran sangatlah dibutuhkan untuk bisa diperbaiki dan
dipelajari untuk pembuatan makalah selanjutnya. Harapan penulis agar makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis pribadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar