MODEL
PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
A.
Definisi/ Konsep
1.
Definisi
Dalam
pembelajaran discovery learning seorang guru tidak menjelaskan suatu
pelajaran dalam bentuk final, namun seorang siswa dituntut untuk menemu-kan
atau menyimpulkan hasilnya sendiri. Metode discovery learning adalah me-mahami
konsep, arti, dan hubungan melalui proses kemampuan mengetahui atau memahami
sesuatu secara intuisi untuk sampai pada kesimpulan. Dalam metode discovery
learning harus melibatkan mental seorang siswa agar mampu menemu-kan dan
menentukan konsep dan prinsip. Discovery learning ini pertama dilaku-kan
melalui peninjauan, membuat kelompok belajar, lalu menentukan cara dan ke-mudian
memprediksi, menentukan dan menyimpulkan.
Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai
prinsip yang sama dengan inquiri dan problem solving. Dalam hal
ini siswa mencari, lalu menemu-kan pemecahan masalah terhadap suatu materi yang
diberikan oleh guru. Pada proses inquiry, siswa melakukan proses
penelitian untuk mendapatkan pemecahan masalah yang berdasarkan pada kebenaran,
bukan merupakan hasil rekayasa.
2.
Konsep
Dalam
konsep belajar, metode discovery learning merupakan pembentuk-an
kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya
penyimpulan secara umum. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan
memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinama-kan dicovery learning environment, yaitu lingkungan dimana siswa
dapat melaku-kan eksplorasi penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Kognitif
seseorang terjadi melalui 3 tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara
lingkungan, yaitu tahap enaktive, iconic, dan symbolic.
Tahap enaktive, seo-rang siswa melakukan aktifitas-aktifitas dalam upaya
memahami lingkungan seki-tarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahu-an motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan penglihatan serta pengkomunikasian ide,
maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya siswa belajar melalui bentuk
perumpamaan dan perbandingan. Tahap symbolic, seorang siswa telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abs-trak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya berbahasa dan logika.
Dalam mengaplikasikan metode discovery learning, guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan ke-giatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Siswa diberi
kesempatan menjadi prob-lem solver dengan melakukan proses penelitian.
Dalam metode discovery learn-ing, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melaku-kan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategori-kan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
ke-simpulan.
B.
Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil
Pembelajaran
Fakta
empirik keberhasilan pendekatan dalam proses dan hasil pembelajar-an dengan
menggunakan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) da-pat
diidentifikasikan dengan melihat kelebihan-kelebihan dan kelemahan berikut.
1.
Kelebihan Penerapan Discovery Learning
a.
Dengan
menggunakan metode discovery learning yang dalam prosesnya usa-ha
penememuan membuat siswa menjadi lebih terampil sehingga kemampuan kognitif
menjadi lebih meningkat dan berkembang.
b.
Karena
dalam metode ini pengetahuan diperoleh dari hasil penemuan atau mencari dan
menyimpulkan sendiri, siswa dapat lebih memahami, mengingat dan mentransfer
atau mengkomunikasikan kembali hasil temuan atau pemi-kirannya tersebut.
c.
Proses
mencari sendiri menumbuhkan rasa menyelidiki dan berhasil sehingga pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan.
d.
Dengan
adanya proses menemukan sendiri, siswa menjadi lebih berkembang cepat dalam
proses pembelajaran karena selalu diasah dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
e.
Dengan
adanya proses menemukan sendiri, siswa menjadi termotivasi untuk dapat berhasil
dalam memecahkan suatu permasalahan.
f.
Dengan
proses bekerja sama dalam kelompok dapat meningkatkan konsep di-ri atau
kepercayaan diri siswa.
g.
Siswa
dan guru sama-sama berperan aktif dalam menyampaikan gagasan-ga-gasan.
h.
Proses
menyelidiki dan menemukan sendiri menghilangkan sikap skeptis sis-wa karena
pengetahuan yang didapat berdasarkan suatu kebenaran yang nya-ta.
i.
Dengan
menemukan sendiri, siswa dapat lebih memahami hasil dari pemikir-annya sendiri.
j.
Membantu
dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada proses belajar yang baru.
k.
Karena
adanya motivasi untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, siswa ber-pikir dan
bekerja atas inisiatif sendiri.
l.
Mendorong
siswa berpikir intuisi yakni menyimpulkan atas pemahaman sen-diri berdasarkan
suatu kebenaran yang ada.
m.
Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsik, artinya penemuan didasarkan pemahaman yang
diperoleh dari hasil berpikir.
n.
Dengan
adanya proses berpikir sendiri, proses belajar menjadi lebih terang-sang.
o.
Pembelajaran
discovery learning membuat siswa menjadi lebih mandiri se-hingga
membentuk manusia secara utuh.
p.
Siswa
menjadi lebih merasa pemikirannya menjadi lebih berharga karena di-peroleh dari
hasil berpikir sendiri.
q.
Dengan
adanya usaha penemuan, siswa menjadi termotivasi untuk mencari sumber-sumber
belajar lainnya.
r.
Hasil
penemuan sendiri dapat meningkatkan bakat siswa.
2.
Kelemahan Penerapan Discovery Learning
a.
Metode
ini menuntut siswa untuk berpikir keras dan menyiapkan pikiran un-tuk belajar sehingga
bagi siswa yang berkemampuan rendah menjadi kesulit-an dan menyebabkan
frustasi.
b.
Karena
jumlah siswa yang banyak perlu dibantu untuk menemukan teori atau pemecahan
masalah, maka dibutuhkan waktu yang lama dan menjadi kurang efisien.
c.
Karena
keterbiasaan metode pembelajaran lama yang dilakukan oleh guru dan siswa,
metode ini menjadi buyar.
d.
Metode
pembelajaran discovery learning kurang memperhatikan aspek kon-sep, keterampilan,
dan sikap karena lebih menonjolkan pemahaman.
e.
Kurangnya
fasilitas dalam mengukur suatu gagasan yang diperoleh oleh sis-wa.
f.
Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan dite-mukan oleh
siswa karena telah dikonsep oleh guru sebelumnya.
C.
Langkah-Langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah
Persiapan Metode Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran, guru menentukan apa saja yang akan
di-peroleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya), guru mengidentifikasikan kemampuan awal, minat,
dan gaya belajar siswa. Untuk mengetahui perubahan pada siswa sebelum dan
sesudah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan motode discovery learning.
c.
Memilih
materi pelajaran, guru memilih materi pelajaran yang sesuai untuk diajarkan
dengan metode discovery learning.
d.
Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi), guru menentukan topik-topik yang akan dipela-jari oleh siswa.
Topik-topik harus berupa keadaan yang khusus menjadi
kea-daan umum berdasarkan contoh-contoh simpulan umum dari suatu
kejadian, agar siswa tidak salah ketika hendak mengembangkan topik-topik yang
telah diberikan.
e.
Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa, guru mencari contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajari siswa agar dapat digunakan siswa sebagai bahan atau
referensi belajar bagi siswa.
f.
Mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. Guru mengatur
topik pelajaran yang akan digunakan siswa dari topik yang sederha-na ke topik
yang mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit,
sulit, dan sa-ling berhubungan.
g.
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa, guru melakukan
persiap-an penilaian untuk siswa. Proses dan hasil belajar merupakan hal yang
akan dinilai oleh guru.
1.
Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
a.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada suatu yang
menim-bulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan dengan menyelidiki sendiri. Disam-ping
itu, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pernyataan, an-juran
membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi
stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi da-pat
tercapai.
b.
Problem
Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis. Memberikan kesem-patan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang siswa hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa dalam menemukan
suatu masalah.
c.
Data
Collection (Pengumpulan
Data)
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d.
Data
Processing (Pengolahan
Data)
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
terse-but, siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/penye-lesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e.
Verification
(Pembuktian)
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
per-nyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apa-kah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f.
Generalization
(Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prindip yang
men-dasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, siswa harus memperhatikan
pro-ses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna
dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,
serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman
itu.
D.
Sistem Penilaian
1. Penilaian Tertulis
Penulisan
tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan atau lembar kerja tulisan. Dalam men-jawab soal
peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban te-tapi dapat
juga dalam bentuk yang lain. Ada dua bentuk soal tes tertulis: Soal
de-ngan memilih jawaban dan pilihan ganda: dua pilihan (benar-salah,
ya-tidak), menjodohkan, soal dengan mensuplai jawaban (isian atau
melengkapi, jawaban singkat, soal uraian). Tes memilih jawaban
benar-salah, isian singkat, dan monjo-dohkan merupakan alat untuk menilai
kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan memahami.
2.
Penilaian
Diri
Penilaian diri (self
assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin dinilai
diminta untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dirinya da-lam konteks
dalam pencapaian kompetensi. Teknik penilaian diri berkaitan de-ngan
penilaian kompetensi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor
(keterampilan).
Penggunaan teknik ini
dapat memberi dampak positif pada kepribadian pe-serta didik, yaitu:
a. Menumbuhkan
rasa percaya diri, karena peserta didik dipercaya untuk meni-lai dirinya
sendiri dengan jawaban pribadi atau berbeda.
b. Menyadari
kelebihan dan kelemahan dirinya, karena harus melakukan intros-peksi terhadap
diri sendiri.
c. Mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik untuk jujur.
3.
Penilaian
Sikap
Dalam
penilaian sikap guru biasanya menilai dalam bentuk tabel atau for-mat penilaian
agar guru dapat mendata bagaimana sikap peserta didik.
4.
Penilaian
Kinerja
Penilaian
kinerja berkaitan dengan bagaimana siswa melalukan kinerja da-lam suatu
pembelajaran.
5.
Penilaian
Hasil Kerja Siswa
Penilaian hasil kerja
siswa yaitu menilai bagaimana hasil kerja yang dipe-roleh siswa dalam melakukan
kinerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar