Rabu, 01 April 2015

Model Pembelajaran Penemuan



MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
A.    Definisi/ Konsep
1.      Definisi
Dalam pembelajaran discovery learning seorang guru tidak menjelaskan suatu pelajaran dalam bentuk final, namun seorang siswa dituntut untuk menemu-kan atau menyimpulkan hasilnya sendiri. Metode discovery learning adalah me-mahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu secara intuisi untuk sampai pada kesimpulan. Dalam metode discovery learning harus melibatkan mental seorang siswa agar mampu menemu-kan dan menentukan konsep dan prinsip. Discovery learning ini pertama dilaku-kan melalui peninjauan, membuat kelompok belajar, lalu menentukan cara dan ke-mudian memprediksi, menentukan dan menyimpulkan.
Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inquiri dan problem solving. Dalam hal ini siswa mencari, lalu menemu-kan pemecahan masalah terhadap suatu materi yang diberikan oleh guru. Pada proses inquiry, siswa melakukan proses penelitian untuk mendapatkan pemecahan masalah yang berdasarkan pada kebenaran, bukan merupakan hasil rekayasa.
2.      Konsep
Dalam konsep belajar, metode discovery learning merupakan pembentuk-an kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya penyimpulan secara umum. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinama-kan dicovery learning environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melaku-kan eksplorasi penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Kognitif seseorang terjadi melalui 3 tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu tahap enaktive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seo-rang siswa melakukan aktifitas-aktifitas dalam upaya memahami lingkungan seki-tarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahu-an motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan penglihatan serta pengkomunikasian ide, maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya siswa belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Tahap symbolic, seorang siswa telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abs-trak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya berbahasa dan logika.
Dalam mengaplikasikan metode discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan ke-giatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Siswa diberi kesempatan menjadi prob-lem solver dengan melakukan proses penelitian. Dalam metode discovery learn-ing, bahan ajar tidak disajikan dalam  bentuk akhir, siswa dituntut untuk melaku-kan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategori-kan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat ke-simpulan.
B.     Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Fakta empirik keberhasilan pendekatan dalam proses dan hasil pembelajar-an dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) da-pat diidentifikasikan dengan melihat kelebihan-kelebihan dan kelemahan berikut.
1.      Kelebihan Penerapan Discovery Learning
a.       Dengan menggunakan metode discovery learning yang dalam prosesnya usa-ha penememuan membuat siswa menjadi lebih terampil sehingga kemampuan kognitif menjadi lebih meningkat dan berkembang.
b.      Karena dalam metode ini pengetahuan diperoleh dari hasil penemuan atau mencari dan menyimpulkan sendiri, siswa dapat lebih memahami, mengingat dan mentransfer atau mengkomunikasikan kembali hasil temuan atau pemi-kirannya tersebut.
c.       Proses mencari sendiri menumbuhkan rasa menyelidiki dan berhasil sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
d.      Dengan adanya proses menemukan sendiri, siswa menjadi lebih berkembang cepat dalam proses pembelajaran karena selalu diasah dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
e.       Dengan adanya proses menemukan sendiri, siswa menjadi termotivasi untuk dapat berhasil dalam memecahkan suatu permasalahan.
f.       Dengan proses bekerja sama dalam kelompok dapat meningkatkan konsep di-ri atau kepercayaan diri siswa.
g.      Siswa dan guru sama-sama berperan aktif dalam menyampaikan gagasan-ga-gasan.
h.      Proses menyelidiki dan menemukan sendiri menghilangkan sikap skeptis sis-wa karena pengetahuan yang didapat berdasarkan suatu kebenaran yang nya-ta.
i.        Dengan menemukan sendiri, siswa dapat lebih memahami hasil dari pemikir-annya sendiri.
j.        Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada proses belajar yang baru.
k.      Karena adanya motivasi untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, siswa ber-pikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l.        Mendorong siswa berpikir intuisi yakni menyimpulkan atas pemahaman sen-diri berdasarkan suatu kebenaran yang ada.
m.    Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, artinya penemuan didasarkan pemahaman yang diperoleh dari hasil berpikir.
n.      Dengan adanya proses berpikir sendiri, proses belajar menjadi lebih terang-sang.
o.      Pembelajaran discovery learning membuat siswa menjadi lebih mandiri se-hingga membentuk manusia secara utuh.
p.      Siswa menjadi lebih merasa pemikirannya menjadi lebih berharga karena di-peroleh dari hasil berpikir sendiri.
q.      Dengan adanya usaha penemuan, siswa menjadi termotivasi untuk mencari sumber-sumber belajar lainnya.
r.        Hasil penemuan sendiri dapat meningkatkan bakat siswa.

2.      Kelemahan Penerapan Discovery Learning
a.       Metode ini menuntut siswa untuk berpikir keras dan menyiapkan pikiran un-tuk belajar sehingga bagi siswa yang berkemampuan rendah menjadi kesulit-an dan menyebabkan frustasi.
b.      Karena jumlah siswa yang banyak perlu dibantu untuk menemukan teori atau pemecahan masalah, maka dibutuhkan waktu yang lama dan menjadi kurang efisien.
c.       Karena keterbiasaan metode pembelajaran lama yang dilakukan oleh guru dan siswa, metode ini menjadi buyar.
d.      Metode pembelajaran discovery learning kurang memperhatikan aspek kon-sep, keterampilan, dan sikap karena lebih menonjolkan pemahaman.
e.       Kurangnya fasilitas dalam mengukur suatu gagasan yang diperoleh oleh sis-wa.
f.       Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan dite-mukan oleh siswa karena telah dikonsep oleh guru sebelumnya.

C.    Langkah-Langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
a.       Menentukan tujuan pembelajaran, guru menentukan apa saja yang akan di-peroleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.
b.      Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya), guru mengidentifikasikan kemampuan awal, minat, dan gaya belajar siswa. Untuk mengetahui perubahan pada siswa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan motode discovery learning.
c.       Memilih materi pelajaran, guru memilih materi pelajaran yang sesuai untuk diajarkan dengan metode discovery learning.
d.      Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi), guru menentukan topik-topik yang akan dipela-jari oleh siswa. Topik-topik harus berupa keadaan yang khusus menjadi kea-daan umum berdasarkan contoh-contoh simpulan umum dari suatu kejadian, agar siswa tidak salah ketika hendak mengembangkan topik-topik yang telah diberikan.
e.       Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa, guru mencari contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa agar dapat digunakan siswa sebagai bahan atau referensi belajar bagi siswa.
f.       Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. Guru mengatur topik pelajaran yang akan digunakan siswa dari topik yang sederha-na ke topik yang mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit, dan sa-ling berhubungan.
g.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa, guru melakukan persiap-an penilaian untuk siswa. Proses dan hasil belajar merupakan hal yang akan dinilai oleh guru.

1.      Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
a.       Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada suatu yang menim-bulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan dengan menyelidiki sendiri. Disam-ping itu, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pernyataan, an-juran membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi da-pat tercapai.
b.      Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis. Memberikan kesem-patan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang siswa hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa dalam menemukan suatu masalah.

c.       Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d.      Data Processing (Pengolahan Data)
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi terse-but, siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/penye-lesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e.       Verification (Pembuktian)
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, per-nyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apa-kah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f.       Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prindip yang men-dasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, siswa harus memperhatikan pro-ses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
D.    Sistem Penilaian
1.      Penilaian Tertulis
Penulisan tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan atau lembar kerja tulisan. Dalam men-jawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban te-tapi dapat juga dalam bentuk yang lain. Ada dua bentuk soal tes tertulis: Soal de-ngan memilih jawaban dan pilihan ganda: dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), menjodohkan, soal dengan mensuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat, soal uraian). Tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan monjo-dohkan merupakan alat untuk menilai kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami.
2.      Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin dinilai diminta untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dirinya da-lam konteks dalam pencapaian kompetensi. Teknik penilaian diri berkaitan de-ngan penilaian kompetensi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (keterampilan).
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif pada kepribadian pe-serta didik, yaitu:
a.       Menumbuhkan rasa percaya diri, karena peserta didik dipercaya untuk meni-lai dirinya sendiri dengan jawaban pribadi atau berbeda.
b.      Menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, karena harus melakukan intros-peksi terhadap diri sendiri.
c.       Mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk jujur.

3.      Penilaian Sikap
Dalam penilaian sikap guru biasanya menilai dalam bentuk tabel atau for-mat penilaian agar guru dapat mendata bagaimana sikap peserta didik.
4.      Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja berkaitan dengan bagaimana siswa melalukan kinerja da-lam suatu pembelajaran.
5.      Penilaian Hasil Kerja Siswa
Penilaian hasil kerja siswa yaitu menilai bagaimana hasil kerja yang dipe-roleh siswa dalam melakukan kinerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar