Minggu, 22 Maret 2015

Dongeng Daerah Batanghari



TUGAS
DONGENG DARI DAERAH BATANGHARI
Mata Kuliah              : Kajian Prosa Fiksi
Dosen Pengampu      : Dra. Hj. Yusra Dewi, M.Pd.,
Disusun oleh:
Kelompok I
1.      Erma Yulita                             A1B112001
2.      Herti Gustina                          A1B112005
3.      Masri Simbolon                       A1B112017
4.      Nova Ardiansyah                    A1B112027
5.      Shinta Maryani                        A1B112035
6.      Herly Octa Saputra                 A1B112037
7.      Asep Suryadi                          A1B112039
8.      Suyatmi                                   A1B112041
9.      Melan Delvia                           A1B112043
10.  Apriani All Sten                      A1B112049
11.  Risky Galis Sepputri               A1B112051
12.  Mesha Nita Sari                      A1B112053
13.  Rangga Septianto Asri Putra  A1B112055
14.  Yeni Kusumawati                   A1B111082
Semester/Kelas            : IV/A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014



TIANG BENGKOK
Pada zaman dahulu kerajaan jambi di abad ke-18  ada kisah seorang sakti yang bergelar nama tiang bengkok. Ia berasal dari kerinci yang tinggal hanya bersama istrinya tanpa mempunyai seorang. Pada suatu hari tiang bengkok melamar putri asli jambi yaitu putri pagaruyung.  Putri pagaruyung sebelumnya telah di lamar oleh sultan ahmad syaripudin  untuk anaknya.
            Tiang bengkok diberi julukan itu karena tiang rumahnya semua bengkok. Tiang bengkok sangat sakti kesaktiannya berasal dari keris yang ia miliki keris itu juga bernama keris tiang bengkok yang di dapatkannya dari sebuah tumbuhan yang bernama tumbuhan krugut atau bunga raflesia pada saat ia berburu. Pada saat ia berburu anjing milik tiang bengkok selalu menjalak jalak terhadap bunga itu tanpa mempedulikan kijang buruannya saat itu hingga akhirnya tiang bengkok pun kesal pada anjingnya dan bunga itu ditendang oleh tiang bengkok hingga hancur dan pecah pada saat itulah keluar sebuah keris yang sangat sakti. Sehingga tiang bengkok pun menjadi sakti tidak ada satu kerispun yang mampu  menghancurkannya kecuali kerisnya sendiri.
            Tetapi kelemahan tiang bengkok ada pada istrinya, karena batu asah keris  itu ada pada istrinya sehingga tiang bengkok akan kalah dengan istrinya sendiri. Pada saat mengetahui lamaran sultan jambi diterima maka tiang bengkok sangat marah dan kesal. Kemarahan tiang bngkok dilampiaskan kepada buah pisang semua jantung pisang yang menghadap jambi langsung di bengkokkan menghadap kerinci dan ayam yang berkokok menghadap ke jambi pun lehernya langsung ditebas  hingga pada akhir kemarahannya tiang bengkok mengganggu semua warga dan di dengar lah di kerajaan jambi.
            Pada akhirnya datuk ahmad syaripudin  tidak senang dengan perbuatan tiang bengkok dan mengumumkan siapa yang mampu menangkap tiang bengkok maka ia akan mendapat hadiah. Pendekar pendekar kerinci yang lain pun mendengar tantangan itu menghadap ke kerajaan jambi untuk menangkap tiang bengkok dan diberikan waktu 6 bulan dan tiang bengkok pun tidak juga dapat. Dan mereka menghadap ke sultan, walaupun mereka sudah kalah namun masih diberi penghargaan oleh sultan sebidang tanah di jambi yang diberi nama talang kerinci.
            Lalu mendengar kesusahan raja jambi terhadap tiang bengkok datanglah pendekar-pendekar dari banjar membantu mengalahkan tiang bengkok , dan dengan waktu yang sama dengan pendekar yang sebelumnya para pendekar dari banjar pun tidak berhasil namun mereka juga diberi hadiah berupa tanah yang kini bernama talang banjar. Lalu datanglah pendekar dari jawa dan juga tidak berhasil mereka diberi hadiah berupa tanah yang kini bernama talang jauh atau talang jawo.
            Lalu karena semua gagal maka sultan ingin turun sendiri untuk menghadapi tiang bengkok lalu bersuaralah para Hulubalang kerajaan yang berjumlah sekitar 4 orang 2 berasal dari teluk dan 2 berasal dari dudun ranto majo. Lalu hulubalang itu menyelidiki kelemahan-kelemahan tiang bengkok, karena tiang bengkok terlalu kuat maka istrinyalah yang terkena tipuan Hulubalang itu dan menceritakan kepada mereka.
            Karena Tiang Bengkok suka berburu maka Hulubalang Kebo beruang memasang sebuah buruan berupa daun sirih diatas kanal kanal tiang bengkok. Pada subuh hari daun pisang itu berubah menjadi sebuah ayam hutan dan berkokok namun tiang bengkok tidak mempedulikan itu. Pada malam selanjutnya dipasang lagi pelepah pisang manis yang tujuannya pelepah itu menjadi seekor kijang. Dan ketika bangun,  sangking senangnya dengan kijang itu tiang bengkok lupa dengan kerisnya dengan semangatnya hulubalang itu melemparkan jala besi namun jala itu seketika hancur oleh kekuatan tiang bengkok dan dengan cekatan dilemparkan lagi sebuah jala sutra tiang bengkok pun tertangkap di ladam jala namun hulubalang tidak bisa memegang badan tiang bengkok namun raja ogel salah satu hulubalang dapat menangkap tiang bengkok dengan mengikat kebelakang ibu jari tiang bengkok dengan kulit kayu sampai dibawa keistana jambi.
            Sampai di istana Tiang Bengkok akan dibunuh namun bingung membunuh Tiang Bengkok karena semua senjata tidak ada yang bisa menembus tubuh Tiang bengkok. Dan pada kesempatan akhir Tiang Bengkok ditanya apa permintaan terakhirnya. Tiang Bengkok pun berkata ingin memakan lemang milik istrinya, pergilah hulubalang itu ke kerinci menyampaikan pada istri Tiang Bengkok dan istri Tiang Bengkok pun tau rencana suaminya untuk memasukkan keris itu di dalam lemang tersebut.
            Sempailah lemang tersebut di istana namun  ketika ingin diserahkan ada seorang wanita tua yang sedang hamil ingin melihal kesaktian tiang bengkok, kebetulan wanita hamil itu kasian melihat tiang bengkok yang tangannya diikat kebelakang  lalu wanita itu membukakan lemang untuk tiang bengkok namun lemang itu sangat keras karena ada keris didalamnya. Sultan tau akan hal itu dan tiang bengkok pun sudah tau akhir hidupnya akan mati di tangan kerisnya sendiri. Lalu setelah memakan lemang itu tiang bengkok pun di tikam dengan senjatanya sendiri dan tiang bengkok pun tewas. Kini Tiang Bengkok desemayamkan di kecamatan pemayung tepatnya di desa plamboyan.  Itulah akhir kisah Tiang Bengkok yang berakhir cukup tragis.
***



PRAHARA DUSUN MATI
Dikisahkan warga Kampung Tanjung Rambahan dan juga warga Tahtu Daren yang hidup aman dan tenteram. Semua warga hidup dengan makmur dan sejahtera. Hingga suatu hari terjadilah prahara perkelahian antara warga dari kampung Tanjung Rambahan dengan warga Tahtu Daren. Kampung Tanjung Rambahan terletak di sebelah hilir kampung Kembang Taring (sekarang kampung Teluk). Sedangkan kampung Tahtu Daren terletak di seberangnya lagi.
Prahara ini bermula saat seorang pemuda dari Tanjung Rambahan jatuh hati kepada gadis dari Tahtu Daren. Mereka berdua akhirnya sama-sama jatuh cinta. Kemudian pemuda tersebut memutuskan untuk meminang si gadis tersebut. Untuk dapat memperistri seorang gadis, maka si lelaki harus mempersiapkan segala hal untuk prosesi pernikahan. Sebagaimana perhelatan pernikahan biasanya mengundang seluruh warga sekampung dan mempersiapkan seekor kerbau untuk dijadikan hidangan saat acara. Akantetapi si lelaki belum siap untuk itu, maka iapun minta izin untuk merantau mempersiapkan kerbau bagi pernikahannya dengan si gadis idaman. Ia pun pergi entah kemana.
Setahun lamanya, si lelaki dari kampung Tanjung Rambahan belum juga ada kabar berita. Timbullah opini yang menyatakan bahwa lelaki tersebut mungkin masih belum berhasil mendapatkan kerbau untuk acara pernikahannya dan kemudian meninggal di tempat perantauan. Semua tampak cemas dengan ketidakhadiran si lelaki sampai saat ini.
Pada suatu ketika datanglah seorang pemuda lain yang ingin meminang si gadis. Karena terlalu lama menunggu pemuda dari Kampung Tanjung Rambahan yang sudah sekian lama menghilang, maka diputuskan bahwa si gadis akan menerima pinangan dari pemuda tersebut. Layaknya acara pengantenan, semua dipersiapkan secara mewah. Si pemuda tersebutpun telah mempersiapkan kerbau untuk santapan para undangan. Kekecewaan si gadis terbayar sudah dengan acara resepsi pernikahan yang mewah.
Tak disangka bencana tiba, dua hari sebelum resepsi pernikahan si pemuda dari Kampung Tanjung Rambahan muncul dengan membawakan kerbau yang telah ia janjikan untuk pernikahan mereka. Akantetapi nasi telah menjadi bubur. Kepergiannya yang tanpa kabar berita  membuahkan prasangka yang tak nyata. Setelah sekian lama hilang, maka kemunculannya kini telah sia-sia. Si gadis telah ada yang punya. Dengan berat hati pemuda dari kampung Tanjung Rambahan harus menerima kenyataan dan merelakan si gadis menjadi milik orang.
Akhirnya kerbau yang dibawanya, ia berikan untuk acara pernikahan si gadis dengan pemuda tersebut. Diapun meminta agar diizinkan untuk menjadi pengipas pengantin pada resepsi pernikahan mereka. Dengan senang hati permintaannyapun dikabulkan. Si pemuda dari kampung Tanjung Rambahan menjadi pengipas pengantin pada saat resepsi pernikahan mereka. Akantetapi sungguh mengejutkan kipas yang ia gunakan adalah sebuah keris. Dengan keris itu pula ia membunuh pengantin tersebut. Maka kemarahanpun tak terelakkan. Keluarga dari pengantin marah besar begitupula dengan warga kampung Tahtu Daren sehingga menyebabkan perkelahian antara warga kampung Tanjung Rambahan dengan warga kampung Tahtu Daren.
Perkelahian antar warga sekampung tersebut merenggut banyak nyawa. Semua warga dari kampung Tanjung Rambahan tewas tak bersisa, kecuali seorang anak yang tak sengaja berada di bawah kuali yang tertelungkup. Begipula dengan warga kampung Tahtu Daren yang banyak menelan korban pasca pertikaian antarwarga sekampung tersebut. Hanya saja pertikaian tersebut masih menyisakan nyawa untuk warga Tahtu Daren. Masih ada beberapa orang yang dapat selamat dalam ancaman perkelahian maut tersebut.
Alhasil dari prahara, maka dibuatlah kuburan-kuburan massal bagi korban perkelahian antar warga kampung Tanjung Rambahan dan warga kampung Tahtu Daren. Oleh karena banyaknya korban maka dibuatlah liang yang besar untuk menguburkan mayat sekampung korban prahara. Inilah hukum alam, yang telah tak bernyawa ditinggalkan di liang perkuburan, sedang yang masih hidup diselamatkan dari ancaman. Karena perang mungkin saja kembali hidup selagi masalah masih tercium dendam antara pihak yang bertikai, maka warga dari kampung Tahtu Daren mengungsi ke tempat yang aman dari ancaman perkelahian. Mengingat jumlah yang semakin sedikit dan trauma yang semakin memangsa, mereka melanjutkan hidup di tempat aman, bukan di kampung halaman. Masuknya mereka ke tempat tersebut merupakan awal mula munculnya kampung Tanjung Raden.
Namun perasaan mengancam masih terasa pada diri korban. Mereka takut dituduh sebagai pembunuh para korban pertikaian, akhirnya mereka pindah lagi ke kampung Teluk. Kampung yang di dalamnya merupakan lekukan sungai kini menjadi tempat pengungsian mereka. Kedatangan mereka ke kampung Teluk, terdengar oleh para pejabat. Kemudian Ranggo pun terpikat dengan gadis asal kampung Teluk. Ia pun berniat untuk menikahi gadis tersebut. Pengetahuan agama yang dimiliki oleh warga kampung Teluk membuat para pejabat menjadi terpikat.
Setelah wafatnya Bapak dari Ranggo, maka diserahkanlah anak tersebut kepada adiknya untuk dinobatkan. Kemudian barulah Ranggo diperbolehkan untuk menikah, akantetapi beliau tetap menjadi perdana menteri. Dari peristiwa prahara ini membuat hilangnya kampung Kembang Taring menjadi kampung Teluk, sedangkan kampung Tanjung Rambahan menjadi kampung Tanjung Raden, dan kampung Tahtu Daren dinyatakan hilang atau mati.
Akibat peristiwa tersebut, ketika banjir melanda kuburan massal, maka terdengarlah suara rebana selayaknya acara pengantenan. Kemudian dilanjutkan dengan suara tangisan. Semakin naik air menggenangi kuburan, maka semakin nyaringlah bunyi tangisan. Dan ketika air mulai surut maka surut pulalah bunyi-bunyian mencekam tersebut hingga air mulai kering suara itupun perlahan menghilang. Ini selalu terjadi ketika air membanjiri kuburan massal tersebut hingga saat ini.
***

 
BUYUT KAPUR DAN BUYUT OTONG
Dahulu kala terjadi sebuah pertempuuran dimana pasukan sultan Muhamad Bahrudin melawan Belanda sultan Muhammad Bahrudin gugur di medan pertempuran, dimana saat misi Belanda ingin menyerang kerajaan Palembang. Akhirnya sultan di bawa pulang ke Tebo dan kemudian dimakamkanlah disana.
Untuk mengganti kedudukan beliau satu-satunya pewarisnya ialah Toha Syaifudin, namun Toha Syaifudin masih berusia 23 tahun menurut Islam sultan itu minimal usianya 25 tahun. Dewasanya laki-laki itu umur 25 tahun itu berpedoman kepada Rasullallah yang menikah pada umur 25 tahun. Lalu untuk menunggu Toha Syaifudin berumur 25 tahun terjadi kekosongan pemerintahan atau kursi kesultanan selama 2 tahun. Selama dua tahun inilah kesultanan dikendalikan oleh perdana mentri, yang bernama perdana mentri Bahman.
Bahman itulah orang yang bergelar kemas pertama kali, itulah cikal-bakal suku Kemas, di desa Teluk. Ibu perdana mentri Bahman ini adalah orang Dusun Rantau Bajo dan ayahnya adalah orang Muaro Jambi yang bernama Patraw. Perdana mentri Bahman ini memiliki anak yang paling sulung yaitu bernama Abas, kemudian Husin, Mariyam, yang paling bungsu adalah Bukri. Yang terkenal didusun Teluk bernama Bakri, jika si sulung jika dikampung Teluk ini dikenal sebagai Qhatib, yaitu Qhatib Abas. Setelah menjadi qhatib Abas, kemudian sebelum dia menjadi perdana mentri Abas menjadi Demang. Kemudian ia lah pengganti perdana mentri Bahman yaitu bapak dari perdana mentri Abas, setelah perdana mentri Bahman wafat.
Maka menjelang sultan Toha cukup berumur 25 tahun untuk dinobatkan, sementara itu kerajaan dikendalikan oleh perdana mentri Abas. Dalam masa kekuasaan perdana mentri Abas inilah ada orang-orang tertentu dari daerah mudik, yaitu daerah Tebo menggaku dialah yang berkuasa, dan memunggut-munggut pajak di kampung-kampung dusun Batang Hari. Akhirnya sampailah cerita itu kepada perdana mentri Abas, untuk menghentikan kegiatan yang tidak benar itu maka diperintahlah oleh perdana mentri Abas, kepada Buyut Otong untuk menghentikan perbuatan orang yang mengaku penguasa itu, agar tidak membuat resah masyarakat lagi.
 Buyut Otong adalah orang  kampung hulu kampungnya dekat dengan Kerinci, tetapi istri Buyut Otong adalah orang desa Teluk. Jadi, ketika pada masa pemerintahan perdana mentri Abas inilah terjadilah kekacauan orang dari dusun tebo memerintah petugasnya memunggut-munggut pajak dikampung-kampung di dusun Batang Hari, sementara wilayah ini adalah wilayah kerajaan. Maka dari itu oleh perdana mentri Abas diutuslah Buyut Otong untuk pergi ke Tebo agar menghentikan pemunggutan-pemunggutan pajak liar tersebut. Namun orang-orang yang membuat kerusuhan inipun sudah tau bahwa perdana mentri menggutus Buyut Otong untuk pergi menemui mereka.
Orang yang mengaku Sultan itu, ketika datang Buyut Otong pura-pura berbuat baik, dan pura-pura senang buyut Otong datang. Ia mengatakan “ ada kerbau jalang yang menganggu masyarakat sekitar sini “ kata orang yang menggaku-ngaku sultan tadi. Ternyata kerbau jalang itu adalah jelmaan seorang jin berbentuk kerbau, semacam kerbau sakti. Itulah buyut Otong disuruh mengalahkan kerbau jelmaan jin itu oleh orang perusuh tadi. Dalam pikiran orang yang menggaku sultan itu pastilah Buyut Otong mati ditanggan kerbau Jalang. Namun Buyut Otong adalah pendekar yang sakti dan pintar oleh karena itu perdana mentri menggutusnya. Lalu Buyut Otong bertanya “ diamana aku bisa menemui kerbau jalang itu? “ lalu orang itupun menjawab “ pergilah dibelakang kampung ini, terdapat pohon yang besar, pukul saja pohon itu, datanglah kerbau itu.” Kata orang itu dengan nada sombong.
Akhirnya Buyut Otong sampailah di bahwah pohon besar yang dimaksud, lalu tanpa menunggu lama-lama langsung saja Buyut Otong memukul pohon itu. Setelah dipukul oleh Buyut Otong kerbau jelmaan jin itupun datang dari dalam pohon besar tadi. Setelah kedatangam kerbau jin itu langsunglah Buyut Otong dan kerbau jin itu bertarung, hampir saja buyut Otong mati oleh kerbau jelmaan jin itu, pedang yang berada ditangan Buyut Otong pun sudah lepas dari genggamannya karena ditumbur oleh kerbau jalang, lalu keadaan sudah mulai mendesak maka Buyut Otong mencari akal bagaimana cara mengalahkan kerbau itu kemudian ia berpura-pura mati. Setelah ia berpura-pura mati kerbau itupun kelihatan bingung memandangi Buyut Otong dan seketika itu Buyut Otong meraih pedang nya yang terjatuh lalu dengan cepatnya menebas kepala kerbau itu hingga putus, dan akhirnya buyut Otong membawa kepala kerbau itu kepada orang pemberontak tadi,  Buyut Otong tidak lagi mau naik didalam rumah pemberontak itu lagi ia hanya melemparkan kepala kerbau tadi kedalam rumah pemberontok itu. Buyut Otong berkata “ ini kepala kerbau mu” kepada orang itu, lalu orang itu menjawab perkataan Buyut Otong “ naik dulu lah. Mari kita minum” kata pemberontak tadi, “ datuk kamu sudah mati “ kata Buyut Otong, lalu pergi.
Semenjak itu tidak ada lagi pemberontok itu memunggut-munggut pajak lagi. Itulah kesaktiaan Buyut Otong yang sangat di segani oleh orang-orang, namun kesaktiannya masih ada yang menandingginya lagi yaitu Buyut Kapor. Tetapi mereka tidak saling bermusuhan, mereka malah akrab dan berteman. Suatu dari kampung Teluk mengalami banjir ada seekor anak harimau di depan rumah Buyut Kapor. Lalu Buyut Otong memangil Buyut Kapor “ Pur-pur ada anak harimau disepan rumah kau” kata Buyut Otong, “ jangan main-main tong, anak harimau bukan mainan” sahut Buyut Kapor. Namun Buyut Otong tidak mendengarkan apa kata Buyut Kapor, ditangkaplah anak harimau itu, lalu mau dibawa oleh Buyut Otong sang induk harimau menerkam Buyut Otong karena air akibat banjir sangat deras maka terasa sangat berat induk harimau yang menerkam buyut Otong, dia tidak cemas digigit oleh harimau, karena kulit buyut Otong sangat keras dan terlindungi oleh kesaktiannya, namun air yang mengalir membuat Buyut Otong tidak sanggup lagi bertahan lebih lama lagi. Kemudia ia meminta pertolongan pada Buyut Kapor “ por tolong por” kata Buyut Otong, “ kan sudah ku bilang anak harimau bukan buat mainan” kata Buyut Kapor. Lalu oleh Buyut Kapor harimau itu dipegang dan dilemparnya, sehingga Buyut Otong terbebas dari terkaman harimau tadi. Itulah makanya buyut Kapor sering mengejek Buyut Otong dan menghina-hinanya tetepi hanya sebagai bahan gurauan mereka.
Tetapi semua orang pun tau bahwa Buyut Otong dan Buyut Kapor adalah orang sakti. Buyut Kapor memang memiliki kegemaran bermain dengan harimau, tapi tidak ada yang mengetahui nama asli buyut kapor. Buyut kapor itu hanya nama gelar saja. Buyut Kapor memiliki pohon durian dekat hutan, saat musih buah dan mulai berjatuhan tapi, ketika Buyut Kapor ingin mengambil hasil panen dari buah durian itu tadi dibawah pohon sudah tidak ada durian yang tersisa, tetapi ada sedikit yang ditinggalkannya buah durian itu begitulah setiap pagi, selama beberapa hari. Akhirnya marahlah Buyut Kapor, dia mencari tau siapalah yang mengambil buah duriannya hanya disisakan sedikit saja untuknya yang busuk-busuk. Sedangkan Buyut Kapor yang memiliki batang pohon durian itu belum pernah memakan buah dari pohon duriannya itu. Setelah ia marah keesokan harinya ia melihat dibawah pohon duriannya sudah bertumpuk durian dibawahnya. Lalu oleh Buyut Kapor durian-durian itu dimasukan dalam tempat yang bernama kiding, yang terbuat dari rotan. Lalu tiba-tiba Buyut Kapor diterkam oleh harimau dari belakang, harimau itu mengigit leher Buyut Kapor dan tidak mau melepaskan gigitannya hingga air liur harimau itu berwarna putih seperti kapur. Maka dari itu beliau disebut sebagai Buyut Kapor. Maka tidak ada yang tau nama asli Buyut Kapor.
Namun satu pesan yang mungkin berguna bagi orang-orang bahwa jika dia masuk kedalam hutan maka, ketika kalian melihat rumput pakis, lalu pegang dua lembar ujung paling atas, sisakan dua lembar itu , kemudian yang lainnya buanglah, sisakan dua lembar paling atas. Gunanya adalah ketika kita berada didalah hutan harimau mengetahui bahwa ada anak cucu Buyut Kapor didalam hutan maka kita tidak akan diganggu oleh harimau itu.
***


PENDEKATAN OBJEKTIF PADA DONGENG BATANGHARI
A.    Konsep Dasar Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif merupakan pendekatan sastra yang menekankan pada segi intrinsik karya sastra yang bersangkutan (Yudiono, 1984 : 53). Pendekatan objektif yaitu pendekatan yang sangat mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri. Hal-hal yang di luar karya sastra walaupun masih ada hubungan dengan sastra dianggap tidak perlu untuk dijadikan pertimbangan dalam menganalisis karya sastra. Dalam pendekatan objektif lebih ditujukan pada unsur instrinsik karya sastra yang meliputi: Tema, alur, tokoh, amanat, sudut pandang, latar, dan gaya bahasa.
Ciri-ciri yang terdapat dalam pendekatan objektif adalah:
1.      Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
2.      Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra.
3.      Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku.
4.      Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.
5.      Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, point of view.
6.      Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.

B.     Pendekatan Objektif pada Dongeng Batanghari
1.      Pendekatan Objektif pada Dongeng Tiang Bengkok


2.      Pendekatan Objektif pada Dongeng Prahara Dusun Mati
Dongeng Prahara Dusun Mati merupakan sebuah karya sastra lama. Di dalam dongeng tersebut terdapat unsur instrinsik yang membangun karya sastra. Unsur instrinsik tersebut meliputi:
a.      Tema
Tema dari dongeng Prahara Dusun Mati ialah tentang pertikaian antara dua desa atau kampung yaitu kampung Tanjung Rambahan dengan kampung Tahtu Daren. Hal ini tergambar pada kutipan berikut:
“Hingga suatu hari terjadilah prahara perkelahian antara warga dari kampung Tanjung Rambahan dengan warga Tahtu Daren.”
b.      Alur
Di dalam dongeng Prahara Dusun Mati menggunakan alur maju. Ceritanya berawal dari pemuda dari Tanjung Rambahan yang jatuh hati kepada gadis dari kampung Tahtu Daren. Kemudian mereka berencana untuk menikah, namun persiapan pernikahan belum bisa dipenuhi oleh pemuda dari Tanjung Rambahan tersebut hingga akhirnya ia memutuskan untuk merantau. Lama merantau, gadis diambil orang. Kemudian pada acara pernikahan gadis dengan pemuda dari dusun tetangga, pemuda dari Tanjung Rambahan muncul. Dengan rasa kecewa dia melepas gadis menikah, namun meminta agar menjadi pengipas pengantin. Akantetapi pengantin dikipas dengan keris. Pertikaianpun bermula antar dusun sampai terjadi pertumpahan darah.
c.       Tokoh
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam dongeng  ini yaitu seorang pemuda dari Tanjung Rambahan, seorang gadis Tahtu Daren, seorang pemuda desa tetangga, dan warga desa. Di akhir cerita juga terdapat tokoh yaitu Ranggo yang meminang gadis dari pengungsian.


d.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam dongeng Prahara Dusun Mati yaitu pentingnya kerukunan antar penduduk desa agar tidak terjadi pertikaian. Namun dalam dongeng ini lebih menonjolkan kesetiaan antar warga sekampung. Hal ini tampak dengan adanya sikap warga yang apabila satu tersakiti, maka yang lainnya ikut bertindak. Seperti pada kutipan berikut:
“Keluarga dari pengantin marah besar begitupula dengan warga kampung Tahtu Daren sehingga menyebabkan perkelahian antara warga kampung Tanjung Rambahan dengan warga kampung Tahtu Daren.”
e.       Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan informan pada saat menceritakan dongeng Prahara Dusun Mati yaitu sudut pandang orang ketiga, dimana informan menceritakan beberapa tokoh yang terlibat dalam dongeng tersebut. Hal ini dapat dilihat pada awal penceritaan yang dimulai dengan kutipan berikut.
“Dikisahkan warga Kampung Tanjung Rambahan dan juga warga Tahtu Daren yang hidup aman dan tenteram.”
f.       Latar
Latar tempat yang digunakan dalam dongeng Prahara Dusun Mati yaitu pada suatu perkampungan di Batanghari, yaitu Kampung Tanjung Rambahan (sekarang Tanjung Raden), Kampung Tahtu Daren, dan Kampung Kembang Taring (sekarang Teluk). Hal ini tergambar pada kutipan paragraf pertama: “Dikisahkan warga Kampung Tanjung Rambahan dan juga warga Tahtu Daren yang hidup aman dan tenteram.”
Waktu terjadinya dongeng pada pengisahan cerita tersebut adalah pada masa lampau. Hal ini tergambar pada penggambaran cerita yang menyatakan apa yang terjadi dahulu mengakibatkan hal yang terjadi sekarang seperti pada kutipan berikut: “Dari peristiwa prahara ini membuat hilangnya kampung Kembang Taring menjadi kampung Teluk, sedangkan kampung Tanjung Rambahan menjadi kampung Tanjung Raden, dan kampung Tahtu Daren dinyatakan hilang atau mati.”
Suasana yang tergambar pada dongeng tersebut ialah mula-mula warga kampung hidup aman sejahtera seperti pada kutipan:
“Dikisahkan warga Kampung Tanjung Rambahan dan juga warga Tahtu Daren yang hidup aman dan tenteram. Semua warga hidup dengan makmur dan sejahtera.”
Kemudian suasana menjadi begitu mencekam setelah pengantin dibunuh oleh seorang pemuda dari Tanjung Rambahan. Hal ini tergambar pada kutipan berikut:
“Keluarga dari pengantin marah besar begitupula dengan warga kampung Tahtu Daren sehingga menyebabkan perkelahian antara warga kampung Tanjung Rambahan dengan warga kampung Tahtu Daren.”
g.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, karena cerita ini lebih bersifat penceritaan ulang.

3.      Pendekatan Objektif pada Dongeng Buyut Kapur dan Buyut Otong








LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
 Gambar 1.1 kegiatan perekaman dongeng



Gambar 1.2 Mengisi data informan



Gambar 1.3 Pemberian oleh-oleh kepada informan


Gambar 1.4 Foto bersama dengan informan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar