Kamis, 19 Maret 2015

PENDEKATAN KAJIAN PUISI



TUGAS III
LATIHAN MODUL 3
PENDEKATAN KAJIAN PUISI

Mata Kuliah              : Kajian Puisi
Dosen Pengampu      : Dr. Sudaryono, M.Pd

Disusun oleh:
Nama                : Herti Gustina
NIM                 : A1B112005
Semester/Kelas : III/A


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013



Latihan
Agar pemahaman Anda semakin baik tentang pendekatan-pendekatan sastra, kerjakan latihan berikut ini. Diskusikan dalam kelompok, kemudian salah seorang dari anggota kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya.
(1)   Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan kajian puisi!
Jawaban:
Pendekatan adalah cara-cara menghampiri objek. Jadi yang dimaksud dengan pendekatan kajian puisi yaitu cara-cara menghampiri objek kajian puisi sebagai usaha pencarian pengetahuan dan pemberian makna dalam puisi. Dengan memanfaatkan teori dan metode yang baru, tujuan pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itulah pendekatan lebih dekat dengan bidang studi tertentu.
Pendekatan mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu. Dalam pendekatan terkandung manfaat penelitian yang akan diharapkan, baik secara teoritis maupun praktis, baik terhadap peneliti secara individu maupun masyarakat pada umumnya. Di dalam pendekatan juga terkandung kemungkinan apakah penelitian dapat dilakukan sehubungan dengan dana, waktu, dan aplikasi berikutnya. Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan.
Pada dasarnya dalam rangka melaksanakan suatu penelitian, pendekatan mendahului teori dan metode. Artinya, pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan lebih dahulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah teori, metode, dan tekniknya. Pendekatan juga mengarahkan pada penelusuran sumber-sumber sekunder, sehingga peneliti dapat memprediksi literatur yang harus dimiliki perpustakaan dan toko-toko buku yang akan menjadi objek sasarannya.

(2)   Kemukakanlah perbedaan antara pendekatan biografis dan ekspresif!
Jawaban:
Pendekatan biografis merupakan studi sistematis mengenai proses kreatifitas. Perbedaan antara pendekan biografis dan ekspresif terletak pada subjek kreator dianggap sebagai asal-usul karya berwujud puisi, arti sebuah karya berwujud puisi dengan demikian relatif sama dengan maksud, niat, pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang. Penelitian harus mencantumkan biografi, surat-surat, dokumen penting pengarang, foto-foto, bahkan wawancara langsung dengan pengarang. Karya berwujud puisi pada gilirannya identik dengan riwayat hidup, pernyataan-pernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografi mensubordinasi karya. Oleh karena itu, pendekatan biografis sesungguhnya merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi.
Sedangkan dikaitkan dengan proses pengumpulan data penelitian pendekatan ekspresif lebih mudah dalam memanfaatkan data biografis dibandingkan dengan pendekatan biografis dalam memanfaatkan data pendektan ekspresif. Pendekatan biografis pada umumnya menggunakan data primer mengenai kehidupan pengarang sehingga disebut sebagai data historiografi. Sebaliknya pendekatan ekspresif lebih banyak menggunakan data sekunder, data yang sudah diangkat melalui aktifitas pengarang sebagai subjek pencipta, jadi sebagai data literer. Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya berwujud puisi itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya berwujud puisi yang dihasilkan. Apabila wilayah studi biografis terbatas hanya pada diri penyair dengan kualitas pikiran dan perasaannya, maka wilayah studi ekspresif adalah diri penyair, pikiran dan perasaan, serta hasil ciptaannya. Dikaitkan dengan dominasi ketaksadaran manusia, pendekatan ekspresif membuktikan bahwa aliran romantik cenderung tertarik pada masa purba, masa lampau, dan masa primitif kehidupan manusia. Melalui indikator kondisi sosiokultural pengarang dan ciri-ciri kreatifitas imajinatif karya berwujud puisi, maka pendekatan ekspresif dapat dimanfaatkan untuk menggali ciri-ciri individualisme, nasionalisme, komunisme, dan feminisme dalam karya berwujud puisi, baik karya berwujud puisi individual maupun karya berwujud puisi dalam kerangka periodisasi.

(3)   Kemukakanlah perbedaan antara pendekatan mimesis, sosiologis, dan historis!
Jawaban:
Menurut Abrams (1976:8-9) pendekatan mimesis merupakan pendekatan estetis yang paling primitif. Akar sejarahnya terkandung dalam pandangan Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, dasar pertimbangannya adalah dunia pengalaman, yaitu karya berwujud puisi itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan. Secara hierarkis dengan demikian karya seni berada di bawah kenyataan. Pandangan ini ditolak oleh Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusaha menyucikan jiwa manusia sebagai katarsis. Di samping itu juga karya seni berusaha membangun dunianya sendiri.  Selama abad pertengahan karya seni meniru alam dikaitkan dengan adanya dominasi Kristen, di mana kemampuan manusia hanya berhasil meneladani ciptaan Tuhan. Teori estetis ini tidak hanya ada di barat, tetapi juga di dunia Arab dan Indonesia. Dalam khazanah sastra Indonesia yaitu dalam puisi Jawa Kuno seni berfungsi untuk meniru keindahan alam. Dalam bentuk yang berbeda, yaitu abad ke-18 dalam pandangan Marxis dan sosiologi sastra, karya seni dianggap sebagai dokumen sosial. Apabila kelompok Marxis memandang karya seni sebagai refleksi, sebagaimana diintroduksi oleh salah seorang tokohnya yang terkemuka yaitu Lucaks, maka sosiologi sastra memandang kenyataan itu sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan. Dalam hubungan ini pendekatan mimesis memiliki persamaan dengan pendekatan sosiologis. Perbedaannya, pendekatan sosiologis tetap bertumpu pada masyarakat, sedangkan pendekatan mimesis khususnya dalam kerangka Abrams bertumpu pada karya berwujud puisi.
Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Pendekatan ini menganggap karya berwujud puisi sebagai milik masyarakat. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya berwujud puisi dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya berwujud puisi dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya berwujud puisi itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Setiap karya berwujud puisi, baik dalam skala angkatan maupun individual memiliki aspek-aspek sosial tertentu yang dapat dibicarakan melalui model-model pemahaman sosial. Ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi, sejarah, antropologi, dan ilmu sosial justru menunggu hasil-hasil analisis melalui pendekatan sosiologis yang akan digunakan untuk memahami gender, feminis, status peranan, wacana sosial, dan sebagainya. Pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.
Pendekatan sejarah menelusuri arti dan makna bahasa sebagaimana yang sudah tertulis, dipahami pada saat ditulis oleh pengarang yang benar-benar menulis dan sebagainya. Pendekatan historis memusatkan perhatian pada masalah bagaimana hubungannya terhadap karya berwujud puisi yang lain sehingga dapat diketahui kualitas unsur-unsur kesejarahannya. Pendekatan ini mempertimbangkan relevansi karya yang berwujud puisi sebagai dokumen sosial. Dengan hakikat imajinasi karya berwujud puisi adalah wakil zamannya dan dengan demikian merupakan refleksi zamannya. Pendekatan historis sangat menonjol pada abad ke-19 dengan konsekuensi karya berwujud puisi sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas. Dalam hubungan inilah pendekatan historis pada umumnya dikaitkan dengan kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan, sastra lama dengan kerajaan-kerajaan besar, serta sastra modern dengan gerakan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan pada umumnya. Hakikat karya berwujud puisi adalah imajinasi, tetapi imajinasi memiliki konteks sosial dan sejarah.

(4)   Jelaskanlah pemahaman Anda tentang pendekatan objektif, psikologis, pragmatik, dan antropologis!
Jawaban:
Pendekatan objektif merupakan pendekatan pendekatan yang terpenting, sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra berwujud puisi itu sendiri. Pendekatan ini memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politik, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itu, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentrik, pembacaan mikrokoskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain. Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada di luarnya, maka masalah mendasar yang harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi misalnya, yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin.
Wellek dan Austin Warren (1962:81-82) menunjukkan empat model pendekatan psikologis yang dikaitkan dengan pengarang: proses kreatif, karya berwujud puisi, dan pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: Pengarang, karya berwujud puisi, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya berwujud puisi. Apabila perhatian ditujukan pada pengarang, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan ekspresif, sebaliknya apabila perhatian ditujukan pada karya berwujud puisi, maka model penelitiannya lebih dekat dengan pendekatan objektif. Pendekatan psikologis awal lebih dekat dengan pendekatan biografis dibandingkan dengan pendekatan sosiologis sebab analisis yang dilakukan cenderung memanfaatkan data-data personal. Proses kreatif merupakan salah satu model yang banyak dibicarakan dalam rangka pendekatan psikologis. Karya berwujud puisi dianggap sebagai hasil aktifitas penulis yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan, seperti obsesi, kontemplasi, sublimasi, bahkan sebagai neurosis. Oleh karena itu, karya berwujud puisi disebut salah satu gejala (penyakit) kejiwaan. Pendekatan psikologis kontemporer, sebagaimana dilakukan oleh Mead, Cooley, Lewin, dan Skinner (Schellenberg, 1997), mulai memberikan perhatian pada interaksi antarindividu, sebagai interaksi simbolis sehingga disebutkan sebagai analisis psikologi sosial. Intensitas terhadap gejala-gejala individual di satu pihak, dominasi psike di pihak lain, menyebabkan pendekatan psikologis lebih banyak membicarakan aspek-aspek penokohan, kecenderungan timbulnya aliran-aliran , seperti romantisme, ekspresionisme, absurditas, dan sebagainya. Karena itu dalam penelitian selanjutnya teori-teori psikologi perlu diperluas ke dalam wilayah sosiopsikologi dan behaviorisme sosial sebagaimana dikembangkan kemudian oleh Freud sendiri, khususnya oleh Mead. Sampai saat ini teori yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi adalah determinisme psikologi Sigmund Freud (1856-1939). Menurutnya, semua gejala yang bersifat mental bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Dengan adanya ketakseimbangan, maka ketaksadaran menimbulkan dorongan-dorongan yang pada gilirannya memerlukan kenikmatan yang disebut libido. Oleh karena proses kreatif adalah kenikmatan dan memerlukan kepuasan, maka proses tersebut dianggap sejajar dengan libido. Meskipun demikian, teori kepribadian menurut Freud pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: (a) id atau es, (b) ego atau ich, dan (c) super ego atau uber ich. Isi id adalah dorongan-dorongan primitif yang harus dipuaskan, salah satunya adalah libido di atas. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer, dunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol id, sedangkan super ego berisi kata hati.
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya berwujud puisi. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu menahu tentang proses kreatifitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis (rewritten). Pendekatan oragmatis dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Pada tahap-tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu  dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis mamiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya berwujud puisi dalam masyarakat perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya berwujud puisi dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya berwujud puisi, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya berwujud puisi dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya tanggapan berbagai masyarakat tertentu terhadap sebuah karya berwujud puisi, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
Antropologi adalah ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, antropologi dibedakan menjadi antropologi fisik dan antropologi kebudayaan yang sekarang berkembang menjadi studi kultural. Dalam kaitannya dengan sastra, antropologi kebudayaan pun dibedakan menjadi dua bidang, yaitu antropologi dengan objek verbal dan nonverbal. Pendekatan antropologi sastra lebih banyak berkaitan dengan objek verbal. Lahirnya pendekatan antropologi didasarkan kenyataan, pertama, adanya hubungan antara ilmu antropologi dengan bahasa. kedua, dikaitkan dengan tradisi lisan, baik antropologi maupun sastra sama-sama mempermasalahkannya sebagai objek yang penting. Oleh karena itu, dalam kajian puisi lisan, mitos, dan sistem religi sering di antara kedua pendekatan terjadi tumpang tindih. Masalah penting yang perlu dicatat, pendekatan antropologis bukanlah aspek antropologi dalam sastra melainkan antropologi dari sastra. Pokok-pokok bahasan yang ditawarkan dalam pendekatan antropologis adalah bahasa sebagaimana dimanfaatkan dalam karya berwujud puisi sebagai struktur naratif, di antaranya:
a.       Aspek-aspek naratif karya berwujud puisi dari kebudayaan yang berbeda-beda;
b.      Penelitian aspek naratif sejak epik yang paling awal hingga novel yang paling modern;
c.       Bentuk-bentuk arkhais dalam karya berwujud puisi, baik dalam konteks karya individual maupun generasi;
d.      Bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra;
e.       Pengaruh mitos, sistem religi, dan citra primodial yang lain dalam kebudayaan populer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar