Minggu, 22 Maret 2015

Metode Berbasis Komunitas



TUGAS
METODE BERBASIS KOMUNITAS

Mata Kuliah                : Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
Dosen Pengampu        : Dr. Eko Kuntarto, M.Pd.,

Disusun oleh:
Kelompok IV
1.      Herti Gustina             A1B112005
2.      Hari Tri Suroyo         A1B112015
3.      Fitri Lestari                A1B112025


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014



METODE BERBASIS KOMUNITAS
1.      Gambaran Umum tentang Metode Berbasis Komunitas atau BBSB
Metode berbasis komunitas yaitu suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dengan membentuk suatu kelompok. Metode ini juga dengan sebutan Belajar Bahasa Secara Berkelompok atau BBSB.
Tujuan BBSB ialah untuk melengkapi pelajar bahasa tujuan atau BT dengan kemampuan untuk:
1)      Menguasai BT yang mendekati penguasaan penutur asli,
2)      Mengembangkan perasaan kerjasama atau gorong-royong, dan
3)      Memupuk perasaan harga diri yang tinggi dalam hati pelajar.
Menurut Curran, proses belajar-mengajar terdiri dari 5 tahap, yakni:
1)      Tahap Kelahiran
Dalam tahap ini anak dipupuk untuk menanamkan perasaan aman dan perasaan sebagai anggota masyarakat.
2)      Tahap Pencapaian Kebebasan
Dalam tahap ini anak makin lama makin banyak belajar, dan segala pengalamannya itu menyebabkan ia makin besar kemampuan, serta makin bebas dari pimpinan orang tuanya.
3)      Tahap Berbicara dengan Bebas
Anak sekarang mulai menunjukkan identitas dirinya dengan sering menolak nasihat-nasihat orang lain yang tidak dimintanya.
4)      Tahap Penerimaan Kritik Membangun sebagai Hal yang Dapat Diterima
Dalam tahap ini, anak mulai merasa cukup memiliki kepercayaan pada diri sendiri sehingga ia siap untuk menerima kritik membangun orang lain yang tujuannya untuk memperbaiki kemampuan dirinya.
5)      Tahap Peningkatan Gaya Bahasa dan Pengetahuan Bentuk-Bentuk Linguistik yang Wajar
Anak mulai meningkatkan sendiri gaya bahasa yang kurang baik sehingga menjadi lebih memuaskan dirinya dan dapat menyesuaikannya dengan situasi-situasi tertentu.
Kelebihan dari BBSB ini yakni sebagai berikut:
1)      Aktivitas mandiri pelajar atau orientasi pada pelajar.
2)      Belajar BT secara kerja sama yang erat menghasilkan suasana yang sehat dan mengurangi rasa rendah diri pada pelajar yang lambat. Bahkan, rasa harga diri dipupuk dalam kelas yang demikian.
3)      Para pelajar dari permulaan sudah belajar saling berkomunikasi dan menggunakan kemampuan kognitif mereka untuk menerapkan kaidah-kaidah bahasa sebelum mereka merumuskan kalimat-kalimat individual mereka.
Kelemahan-kelemahan BBSB yaitu sebagai berikut.
1)      Pada permulaan pengajaran, guru sudah menggunakan rekaman sebagai sarana audio dan para pelajar sudah mulai membuat kalimat-kalimat sendiri. Itu hanya dapat berjalan dengan lancar apabila para pelajar sudah memiliki pengetahuan (meskipun minimal) dari tata bahasa BT dan kosakata, agar mampu menyusun kerangka kalimat. Kalau guru sebagai penerjemah dan sumber memberikan terjemahan untuk setiap kalimat yang diperlukan pelajar maka corak penyajian cenderung berubah menjadi penyajian terjemahan.
2)      Silabus BBSB tidak dapat atau sukar dibukukan karena untuk setiap kelas materi akan berubah. Penyajian di kelas berdasarkan proses (Process-based) dan bukan pada isi materi (Content-based).
3)      Sehubungan dengan butir (2) mungkin materi yang tetap untuk semua kelas ialah hanya yang berupa keterangan dari instruksi mengenai struktur BT. Bahkan banyak waktu disediakan untuk belajar struktur BT (menggantikan kalimat aktif ke kalimat pasif, membuat pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban ya/tidak, dan sebagainya).
4)      Penggunaan perekam suara mungkin dapat menjadi suatu hambatan bagi pelajar yang tidak biasa dengan penyajian ini, khususnya merekam kemudian memutar rekaman lagi. Lagipula ini dapat menghabiskan waktu yang sangat berharga itu.
5)      Peran guru yang baru itu (Penyuluh, penerjemah, atau narasumber) mungkin dapat menyebabkan para pelajar merasa frustasi karena tidak ada hubungan guru-pelajar yang mereka harapkan. Hubungan guru-pelajar dapat dirasa lebih memberi perasaan aman (Security) kepada pelajar. Stevick (op. cit) mengatakan bahwa guru harus berdiri di tengah, tidak terlalu dekat pada pelajar dan secara objektif memberi bimbingan apabila diminta.
6)      Evaluasi kemajuan pelajar (tes formatif) maupun evaluasi akhir program (tes sumatif) mungkin lebih rumit dilakukan dibanding evaluasi-evaluasi dalam kelas biasa.

2.      Latar Belakang/ Sejarah Metode Berbasis Komunitas atau BBSB
Metode ini diperkenalkan oleh Charles A. Curran dan rekan-rekannya (1976). Curran sendiri bukan seorang guru bahasa, melainkan seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi dalam penyuluhan (Counseling). Penerapan teknik-teknik penyuluhan pada pelajaran pada umumnya dikenal dengan nama pelajaran penyuluhan (Counseling Learning). Curran mengarang suatu metode khusus untuk mengajar bahasa yang diberi nama “belajar bahasa secara berkelompok” atau BBSB untuk singkatnya (Community Language Learning).
Metode ini sering disebut orang sebagai contoh dari pendekatan humanistis pada pengajaran bahasa (humanistic aproach to language teaching). Menurut Moskowitz, yang dikutip Richards dan Rodgers (op. cit) istilah “humanistis” di sini berarti “percampuran dari semua emosi dan perasaan-perasaan lain dari pelajar dalam proses belajar-mengajar BT yang meliputi, harga diri dan perasaan bangga akan pencapaian cita-cita dengan usaha sendiri dan penciptaan suasana kerja sama yang erat di dalam kelas.”
Teori yang mendasari BBSB ini ialah pemikiran bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh manusia pada umumnya itu bersifat kognitif dan afektif. Pelajaran disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu suasana yang memungkinkan pelajar (bahasa) berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama pelajar secara bebas. Dengan demikian, pelajar (bahasa) mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni melalui pikiran (kemampuan kognitif) dan perasaannya (kemampuan afektif).

3.      Karakteristik Metode Berbasis Komunitas atau BBSB
Karakteristik metode berbasis komunitas atau BBSB, yaitu sebagai berikut.
1)      Dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing (konselor), pengajar bersikap pasif.
2)      Pengajar membantu para pembelajar berekspresi secara bebas (mengatakan apa yang ingin mereka katakan).
3)      Para pembelajar belajar secara berkelompok; mereka duduk di tempat duduk yang membentuk lingkaran; pengajar berada di luar lingkaran, siap memberikan bantuan; belajar kelompok dapat mengurangi rasa takut dan dapat merangsang para pembelajar untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan mereka.

4.      Langkah-Langkah Metode Berbasis Komunitas atau BBSB
Langkah-langkah yang diambil guru dalam penyajian BT sesuai dengan perannya sebagai penyuluh bahasa, penerjemah, dan narasumber. Langkah-langkah itu pada dasarnya sebagai berikut:
1)      Pengunaan alat perekam pita suara (tape-recorder) guna merekam percakapan antara para pelajar. Jumlah pelajar dibatasi antara 5-10 orang agar program pengajaran BT lebih efektif. Para pelajar bebas untuk memilih topik apa saja yang ditentukan secara konsensus oleh setiap kelompok. Sesudah mereka menyiapkan diri sebentar, mereka diminta untuk merekam suaranya; setiap pelajar berganti-ganti mendapat giliran untuk menyatakan sesuatu. Guru memberi terjemahan untuk setiap kalimat yang diminta.
2)      Sesudah kira-kira 20 menit rekaman, percakapan dihentikan oleh guru. Rekaman diputar kembali agar para pelajar mendengarkannya. Pemutarannya kalimat (ujaran) demi kalimat.
3)      Sesudah kalimat diperdengarkan, guru menghentikan rekaman untuk memberi waktu kepada para pelajar untuk mengusulkan saran-saran perbaikan apabila ada kesalahan yang dibuat mereka sendiri.
4)      Pada pertemuan berikutnya, para pelajar disuruh mendengarkan rekaman dalam butir (3) sekali lagi dan mereka menulis transkripsi rekaman secara kerja sama.
5)      Sesudah guru membaca transkripsi rekaman itu, ia dapat menentukan struktur-struktur tata bahasa mana yang harus dipelajari ulang. Oleh karena percakapan itu banyak terdiri dari tanya jawab, pelajaran-pelajaran menekankan butir-butir tata bahasa yang diperlukan untuk bertanya jawab (umpamanya, konstruksi-konstruksi pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak dan pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi).
6)      Dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun pelajar sendiri, guru dapat memberi instruksi untuk mengubah bentuk kalimat dari bentuk yang satu menjadi bentuk kalimat yang lain; umpamanya, dari kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan, dan kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
 (Subyakto-Nababan, S. U. 1992. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar